Langsung ke konten utama

Agust D.

Halo, teman keluh kesahku. Ini adalah tulisan bebas tentang seseorang yang aku kagumi. Sebenarnya jika aku ditanya pertanyaan seperti ini aku akan bingung. Antara terlalu banyak yang aku kagumi atau tidak ada yang aku kagumi.

 

Sama seperti pertanyaan “Apa pengalaman tersedihmu?” atau “Apa hal yang  sulit kamu lupakan?”, aku tidak bisa langsung menjawabnya. Seperti tiba-tiba saja otakku berhenti bekerja.

 

Baiklah, aku sudah menemukan jawabannya, orang yang aku kagumi adalah aku. Tapi jika aku menulis aku, bisa-bisa nanti kena marah. Jadi aku sebutkan orang yang aku sukai saja ya.

 

Nama orang ini adalah Min Yoon Gi atau dengan nama panggung Suga, dan Agust D sebagai nama solonya. Dia lahir di kota Daegu pada tahun 1993, satu tahun lebih muda daripada kakak laki-lakiku yang kedua. Dia berasal dari keluarga yang biasa saja, yang tidak mendukung keinginannya menjadi seorang rapper.

 

Sebelum mengikuti audisi, Suga aktif menjadi rapper dan produser underground di sebuah grup bernama D-Town dengan nama Gloss saat itu. Kemudian dia mengikuti audisi dan berhasil menjadi trainee di agensi Big Hit Entertainment. Sambil menjadi trainee dia juga bekerja menjadi seorang kurir pengiriman barang karena Big Hit merupakan agensi yang “miskin” pada zamannya. Sebagai kurir dia pernah mengalami kecelakaan yang membuat bahunya sedikit bermasalah, namun dia tidak memberitahu agensi karena saat itu dia takut tidak jadi debut.

 

Tahun 2013 adalah tahun dimana Suga debut bersama trainee lainnya dan grup mereka diberi nama BTS. Keadaan tidak berjalan lancar, hinaan dan cacian datang dari warga internet. Seperti “Agensi miskin” atau “Nama grup mereka aneh sekali”. Namun itu semua hanyalah masa lalu, kini BTS dikenal sebagai boygrup dengan prestasi tingkat dunia.

 

Perjalanan karir Suga tidak hanya berhenti di BTS saja, dia merilis mixtape pertamanya pada tahun 2016 dan debut dengan nama solo Agust D. Setelah album tersebut dirilis pun, warga internet masih mengkritiknya karena gaya rap-nya yang terkesan agresif dan banyak menggunakan kata kasar.

 

Di tahun 2020 ini, dia baru saja merilis mixtape keduanya dengan judul D-2. Mixtape tersebut meraih peringkat 11 di US Billboard 200, peringkat 7 di UK Albums Chart, dan peringkat dua Australia's ARIA Album Chart.

 

Suga dikenal sebagai orang yang pendiam dan tenang oleh warga internet, namun akhir-akhir ini dia lebih banyak berbicara dan berinteraksi dengan member satu grupnya. Dia juga jarang terlihat marah, bahkan dia sering mengalah kepada member yang lebih muda.

 

Selain menulis lagu dan rap, salah satu keahlian Suga adalah memasak. Dia bercerita jika dulu saat di asrama orang yang sering memasak untuk member adalah dirinya dan Jin, member tertua. Sampai sekarang pun, di tayangan reality show “BTS In The Soop” Suga terlihat banyak melakukan kegiatan memasak.

 

Jika memasak adalah keahliannya, maka memancing dan melukis adalah hobinya. Saat memancing, dia akan mengajak Jin. Mereka selalu melakukan kegiatan memancing bersama. Yah, tidak heran, mereka pernah menjadi teman satu kamar.

 

Nah, begitulah kira-kira ceritaku tentang seseorang yang aku kagumi, lebih tepatnya aku sukai. Mungkin Suga adalah salah satu alasan mengapa aku ingin menjadi rapper selain menjadi translator. Aku juga suka menghafalkan bagian-bagiannya di lagu dan aku juga ingin meng-covernya. Tunggu saja ya, siapa tahu aku benar-benar melakukannya.

 

Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud