Langsung ke konten utama

Dunia Perkuliahanku.

 Halo, teman keluh kesahku. Hari ini aku cukup malas untuk mengerjakan sesuatu, itulah sebabnya aku menulis catatan harian dan tulisan bebas ini dua jam sebelum tenggat waktu. Walaupun begitu, aku akan berusaha untuk mengumpulkannya tepat waktu kok.

 

Di catatan harian ini, aku akan menceritakan bagaimana dunia perkuliahanku, secara daring tentunya. Aku dengar kuliah akan dimulai secara luring nanti saat bulan Februari 2021, cukup lama memang. Kalian harus sabar juga, ya!

 

Sejujurnya aku antara senang dan takut untuk pergi kuliah secara luring. Senangnya karena aku tidak akan berdiam diri di kamar dan hanya menatap layar laptop setiap hari, sedangkan aku takut untuk bertemu teman  baruku, aku kan tidak pandai bergaul.

 

Jadwal kuliahku tidak terlalu padat, menurutku. Hanya Senin sampai Kamis. Dan khusus pada hari Rabu hanya ada satu mata kuliah, yang sebenarnya aku agak kesal karena harus berdandan hanya untuk 100 menit. Yah aku sih tidak masalah jika jadwal mata kuliah tersebut dipindahkan ke hari lain, tapi kalian tahu sendiri kan, pendapat pribadi orang berbeda-beda, aku tidak tahu bagaimana pendapat teman sekelasku.

 

Untuk hari ini, mata kuliah pertama adalah Writing, isinya membahas tentang komposisi dan struktur kalimat, mohon dikoreksi jika aku salah, jangan hanya menggerutu, dasar. Mata kuliah ini cukup menyenangkan karena rata-rata hanya menghabiskan waktu 15-40 menit saja. Dosennya pun baik, tidak terlalu menuntut mahasiswa menyalakan kamera, syukurlah. Oke, mari kita lanjut.

 

Kalian penasaran dengan mata kuliah kedua?

 

Yah, cuma nanya sih. Ya sudah. Mata kuliah kedua adalah Speaking. Dari namanya saja kalian tahu mata kuliah ini mengajarkan tentang bagaimana kita berbicara dalam bahasa Inggris. Aku suka mata pelajaran ini karena aku bisa, tidak, aku tidak pamer. Di sini kita dituntut untuk banyak berbicara, tapi bukan Bad Attitude Control of Tongue yang aku maksud, hehe.

 

Dan, untuk raja terakhir, maaf, mata kuliah terakhir adalah Grammar. Jika aku disuruh pilih antara Grammar atau tidak makan seminggu aku akan memilih, ya Grammarlah, gila ya kalian? Tapi jujur, untuk yang satu ini aku harus berusaha berkali-kali lipat dari mata kuliah yang lain. Walaupun orang-orang sering berkata “Grammar itu tidak terlalu diperlukan, santai saja.” tapi tetap aku harus berusaha keras agar paham karena masuk nilai.

 

Setelah jadwal perkuliahanku berakhir, aku pun masih belum bernapas lega. Ada tanggung jawab yang harus aku selesaikan sebelum matahari tenggelam, yakni merangkum. Tapi tak apalah, aku kerjakan pukul dua saja, terlalu malas.

 

Untuk mengisi kebosanan dan kemalasanku aku berinisiatif, ralat, disuruh membantu ibu membungkus parsel. Sebenarnya aku malas mengerjakan tugas, bukan malas yang lainnya. Namun, saat aku baru saja akan membantu, ternyata semuanya sudah dibungkus. Yah, senang deh.

 

Saat kulihat, sekarang masih jauh dari target lima ratus kata. Tapi tak apa, aku tahu triknya. Apa? Beritahu? Oh tentu saja tidak akan. Nanti aku dilarang melakukannya lagi. Begini saja, jika kalian sering membaca tulisan keluh kesahku, kalian akan menyadari hal apa yang aku sering lakukan, yang walaupun tidak terlalu penting tapi bisa membuat tulisanku menjadi lebih banyak. Atau jika tidak tahu juga kalian bisa melihat status WhatsApp ku, sudah aku beritahu kok.

 

Dan, akhirnya aku bisa bersorak, kini tinggal diriku saja untuk pamit kepada kalian. Jangan lupa untuk sering-sering mengunjungi blogku, walaupun tidak ada giveawaynya juga. Sampai jumpa lagi besok!

 

Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Resensi Buku "Perempuan di Titik Nol"

Resensi Buku: Perempuan di Titik Nol oleh Nawal El Saadawi. Judul: Perempuan di Titik Nol (Emra'a enda noktat el sifr) Penulis: Nawal El Saadawi Penerjemah: Amir Sutaarga Perancang sampul: Ipong Purnama Sidhi Penerbit: Yayasan Pendidikan Obor Indonesia Tanggal terbit: Januari 2003 Cetakan: Ketujuh Isi halaman: 156 halaman ISBN: 978-461-040-2               Buku ini adalah karya salah satu penulis asal Mesir yang juga merupakan seorang psikiater. Ia adalah Nawal El Saadawi . Tidak hanya seorang psikiater, Nawal juga merupakan seorang aktivis feminis yang membuat sebagian isi dari buku ini menjunjung tentang perempuan. Buku ini awalnya ditolak oleh penerbitan Mesir. Tidak berhenti di situ, Nawal akhirnya berhasil menerbitkan buku ini di Lebanon pada 1975, tiga tahun dari jadwal yang direncanakan. Di Indonesia sendiri, buku ini diterjemahkan dan diterbitkan pertama kali oleh penerbit Yayasan Pendidikan Obor In...

Resensi Buku: Pers di Masa Orde Baru oleh David T. Hill.

Judul : Pers di Masa Orde Baru (The Press in New Order Indonesia Penulis : David T. Hill Penerjemah : Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo Perancang sampul : Iksaka Banu Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tanggal terbit : Juli 2011 Cetakan : Pertama Isi halaman : 232 halaman ISBN : 978-979-461-786-1     Pers di Masa Orde Baru merupakan sebuah karya terjemahan dari David T. Hill. Buku ini berjudul asli "The Press in New Order Indonesia" dan diterjemahkan oleh Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo. Dengan awalan yang cukup panjang untuk sebuah monograf, pembaca yang belum pernah membaca sejarah mengenai orde baru pasti akan merasa bingung. Pembaca dibuat berputar-putar dengan ingatan-ingatan kelam akan dunia jurnalis itu dari tahun ke tahun. Banyak terbitan-terbitan majalah ataupun koran harian yang dibredel tanpa peringatan. Memang, saat orde baru kekuasaan yang utama ada di tangan Presiden Soeharto. Buku ...