Langsung ke konten utama

Mengingat Masa Lalu.

Halo, Chindy disini. Aku tahu kalian pasti tidak percaya aku memposting catatan harian saat sore. Seperti yang kalian tahu, aku lebih suka mengerjakan sesuatu mendekati deadline. Terasa lebih menantang, dan aku suka.

 

Baiklah, kini akan kuceritakan cerita keseharianku pada hari minggu.

 

Dulu, waktu aku masih menjadi versi mini seorang Chindy, banyak hal yang bisa aku lakukan di hari minggu. Bermain bersama saudara, bersepeda bersama teman, bermain masak-masak, sangat banyak. Jika aku tulis semua, kalian bisa bosan, walaupun aku tahu kalian selalu bosan dengan tulisanku. Tidak usah mengelak.

 

Namun, kini aku sudah menjadi seorang Chindy yang besar, lebih tepatnya, sedikit lebih besar dari versi mini. Tidak banyak yang bisa aku lakukan. Jika diingat-ingat, kadang aku masih menyesal mengapa aku tumbuh dengan cepat.

 

Aku masih ingat saat aku bermain dengan kakak laki-lakiku, kami bermain peran, dia penjaga toko dan aku sebagai pembeli. Kami menggunakan kertas katalog dari Indomaret yang kemudian digunting sebagai contoh untuk produk kami. Waktu itu sangat menyenangkan, sampai aku sedikit mengusilinya dan dia marah. Aku tidak menyangka itu terakhir kali kami bermain permainan peran.

 

Sedangkan kini, kami hanya bisa bermain permainan online bersama, seperti Roblox dan Minecraft. Terkadang aku juga mencuri fail game PlayStation 1 dari laptopnya. Seperti Chrono Cross, Suikoden 1,  The Legend of Zelda, Harvestmoon, dan banyak lagi.

 

Sudah cukup untuk bernostalgia, sekarang, mari kita kembali ke siang hariku.

 

Siang hariku cukup mengesalkan, PLN suka madamin listrik tiba-tiba. Yang artinya aku menjadi manusia purba sesaat. Lama sekali, sampai aku akhirnya bosan, seperti kalian. Ya sudah, kenapa aku tidak pergi mencuci motor saja?

 

Nah, waktu aku mau pergi, listrik menyala. PLN memang suka bercanda ya, bedanya aku tidak tertawa.

 

Berangkatlah aku menuju tempat cuci motor terdekat, sendirian tentunya. Jangan tertawa, kalian sendiri baca tulisanku karena gabut dan sendirian juga kan?

 

Lanjut, waktu aku lagi santai di jalan, aku menemukan manusia spesies sen kanan belok kiri. Bikin naik darah, tapi tak bisa mengumpat, karena bapak-bapak. Yang kubisa hanya berucap “Yo’opo seh?!” walaupun aku tidak mengerti bahasa Jawa, tapi tiba-tiba aku berbahasa Jawa. Aneh? Tidak juga.

 

Kita loncat saja ke kegiatan setelah aku mencuci motor. Kini, aku di depan layar laptop, menulis catatan harian. Sejujurnya aku ingin melakukannya nanti malam saja, mendekati deadline. Aku mengerjakan ini kurang lebih satu jam setengah, yang mana kalau aku lakukan dekat tenggat waktu bisa cuma empat puluh menitan. Aku pamer lho barusan, sadar tidak?

 

Karena sekarang masih sore, aku tidak tahu harus menumpahkan cerita apalagi. Kegiatanku tidak banyak, mangkanya, kalian sebagai pembaca harusnya lebih peka, ajak aku jalan-jalan juga boleh, agar aku ada ide menulis.

 

Tercium semerbak wangi dari jendela kamarku, ya, itu parfum yang biasa dipakai ibuku. Sekarang pukul setengah lima, sudah waktunya beliau pergi menjaga warung. Biasanya di jam-jam sekarang lewat penjual bakso dengan suara ketukan yang khas. Tapi entah mengapa, dia hari ini sepertinya tidak lewat.

 

Baru saja aku meregangkan tubuh, sepertinya kini benar-benar sudah tidak ada bahan untuk kutulis. Artinya, aku harus pamit kepada kalian. Dari balik layar aku bisa mendengar, kalian yang merengek karena tulisanku selesai dan kalian yang mengejek karena tulisanku membosankan. Tak apa, tidak masalah.

 

Saya, seorang Chindy, pamit dari catatan harian hari ini, jangan lupa nantikan keluh kesah besok ya!

 

Terima kasih ~


Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud