Langsung ke konten utama

Bagaimana Tidurku.

 Halo, teman-teman keluh kesahku. Bagaimana kabar kalian semua? Pertanyaan yang baru saja aku tanyakan tidak perlu dijawab, hanya formalitas saja.

 

Kali ini kembali lagi di catatan harian seorang Chindy. Sekarang pukul dua dini hari, mataku masih belum bisa tertutup. Tidak, bukan insomnia, hanya malas tidur saja. Yah, walaupun besok aku ada jadwal kuliah dengan dosen sampai siang.

 

Aku pikir jika aku menulis kegiatan keseharianku dimulai dari pagi hari pasti akan monoton, jadi kutulis saja saat dini hari. Lagipula, ini sudah termasuk hari yang ke-empat kan? Iya, benar.

 

Kali ini aku akan menceritakan sebagian cerita tentang tidurku dan sisanya nanti akan aku lanjutkan saat pukul tujuh malam. Mengapa? Ini kan catatan harian, harusnya aku menjalani hariku dulu dong baru aku menulis catatan harian.

 

Jadwal tidurku dari waktu aku kecil sampai sekarang aku remaja masih begitu-begitu saja. Maksudnya? Ya, waktu kecil aku terbiasa dengan kata “susah tidur.”. Dan dari hal ini aku tidak tahu penyebabnya.

 

Saat aku susah tidur biasanya ayahku akan mengatakan “pejamkan saja matamu dan jangan bergerak sedikitpun.” namun hasilnya nihil. Metode bernapas ala tentara yang sering kutemukan di internet pun juga tidak bisa membuatku tertidur.

 

Pernah suatu hari, aku mencoba untuk tidur lebih cepat dengan meminum susu hangat dan memainkan lagu relaksasi. Sama saja, nihil. Saat itu aku masih di bangku SMP, saking kesalnya aku menangis dan terkadang aku berteriak untuk mengungkapkan rasa kesalku. Jangan bersimpati, eh, terserah pribadi kalian saja.

 

Pernah juga aku berinisiatif untuk belajar dan membaca buku pelajaran. Karena seperti yang kalian tahu, saat belajar biasanya kita akan merasa mengantuk, jadi aku lakukan, siapa tahu aku mengantuk. Tapi sepertinya saat itu kantukku tidak datang karena dia tahu aku belajar agar mengantuk, bukan benar-benar belajar.

Apakah kalian bingung dengan paragraf yang baru saja aku tulis? Hah? Kalian bingung? Tidak usah melebih-lebihkan gitu dong! Aku baca berkali-kali paham kok. Jadi seharusnya kalian juga paham. Baik, cukup mengeluhnya, kita lanjut.

 

Pergi kesekolah tanpa tidur semalaman adalah hal yang lumrah bagi seorang Chindy. Biasanya kulakukan karena aku tidak mengantuk dan sulit tidur. Orang tuaku pun sudah mengerti dengan kebiasaanku ini, biasanya mereka hanya berkata “Kamu tidak tidur tadi malam? Awas nanti mengantuk.”.

 

Dimarahi karena begadang adalah suatu hal yang langka. Mungkin karena keluargaku adalah keluarga malam. Bahkan terkadang kami masih terjaga sampai pukul tiga subuh, walaupun tidak terlalu sering juga.

 

Aku memiliki tiga kakak laki-laki, saat kakak laki-lakiku yang kedua dan ketiga datang biasanya rumah kami menjadi seperti sebuah kos. Kami akan terjaga sampai pagi, tentu saja ditemani gawai dan laptop masing-masing. Tak jarang, kami bermain game online bersama.

 

Mataku kini tertuju pada jumlah kata catatan harian ini, sebentar lagi akan mencapai target lima ratus kata. Padahal tadi aku berencana untuk menceritakan sedikit cerita bagaimana tidurku, tapi malah sepertinya catatan harian kali ini hanya terisi dengan cerita tidur. Tapi tak apa, tidak masalah. Kata siapa? Aku.

 

Sejujurnya, baru saja aku akan mengetik salam pamit, namun tidak jadi karena menurutku masih ada yang belum aku ceritakan. Tapi, setelah aku ingat-ingat tidak ada lagi yang bisa aku ceritakan tentang tidurku, jadi sekarang aku akan benar-benar pamit.

 

Baiklah, aku cukupkan cerita tidurku untuk catatan harian kali ini. Seperti biasanya, silahkan tulis apapun di kolom komentar di bawah tentang tulisanku. Jangan tulis iklan peninggi badan atau sejenisnya, itu namanya mengejek fisikku, tahu tidak? Ya sudah, selamat bertemu kembali di catatan harian besok!

 

Terima kasih ~

 

 

Komentar

  1. Kembali lagi bersama acara Keluh Kesah Bersama Chindot :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Yang disukai

Resensi Buku "Perempuan di Titik Nol"

Resensi Buku: Perempuan di Titik Nol oleh Nawal El Saadawi. Judul: Perempuan di Titik Nol (Emra'a enda noktat el sifr) Penulis: Nawal El Saadawi Penerjemah: Amir Sutaarga Perancang sampul: Ipong Purnama Sidhi Penerbit: Yayasan Pendidikan Obor Indonesia Tanggal terbit: Januari 2003 Cetakan: Ketujuh Isi halaman: 156 halaman ISBN: 978-461-040-2               Buku ini adalah karya salah satu penulis asal Mesir yang juga merupakan seorang psikiater. Ia adalah Nawal El Saadawi . Tidak hanya seorang psikiater, Nawal juga merupakan seorang aktivis feminis yang membuat sebagian isi dari buku ini menjunjung tentang perempuan. Buku ini awalnya ditolak oleh penerbitan Mesir. Tidak berhenti di situ, Nawal akhirnya berhasil menerbitkan buku ini di Lebanon pada 1975, tiga tahun dari jadwal yang direncanakan. Di Indonesia sendiri, buku ini diterjemahkan dan diterbitkan pertama kali oleh penerbit Yayasan Pendidikan Obor In...

Resensi Buku: Pers di Masa Orde Baru oleh David T. Hill.

Judul : Pers di Masa Orde Baru (The Press in New Order Indonesia Penulis : David T. Hill Penerjemah : Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo Perancang sampul : Iksaka Banu Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tanggal terbit : Juli 2011 Cetakan : Pertama Isi halaman : 232 halaman ISBN : 978-979-461-786-1     Pers di Masa Orde Baru merupakan sebuah karya terjemahan dari David T. Hill. Buku ini berjudul asli "The Press in New Order Indonesia" dan diterjemahkan oleh Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo. Dengan awalan yang cukup panjang untuk sebuah monograf, pembaca yang belum pernah membaca sejarah mengenai orde baru pasti akan merasa bingung. Pembaca dibuat berputar-putar dengan ingatan-ingatan kelam akan dunia jurnalis itu dari tahun ke tahun. Banyak terbitan-terbitan majalah ataupun koran harian yang dibredel tanpa peringatan. Memang, saat orde baru kekuasaan yang utama ada di tangan Presiden Soeharto. Buku ...