Langsung ke konten utama

Bahasan Kacau.

Halo, teman keluh kesahku. Hari ini sepertinya aku akan mengirim catatan harian lebih lama dari sebelumnya. Lewat 00.00, mengapa? Aku baru saja tertidur sebelum sempat mmebuatnya. Mungkin tubuhku sudah mengerti ada suatu hal yang belum diselesaikan, mangkanya dia membuatku terbangun.


Aku merasa kesal mengapa terbangun leeat pukul 23.00. Orang tuaku pasti sudah pulang saat aku bangun. Rencananya, aku ingin titip air dingin dan Teh Pucuk saat mereka pulang. Tapi ternyata malah zonk. Yah, terpaksa malam ini tidak ada midnight snack.


Hari ini aku tidak ada kegiatan yang menonjol, yang perlu aku ceritakan seperti kemarin. Oh iya, sepertinya tanggal 5 Desember yang akan datang aku juga akan ke Surabaya untuk melihat undian dari Hartono. Hadiah utamanya mobil, jadi siapa tau kan kami dapat. 


Sepanjang hari aku merasa ada sesuatu yang tidak beres, entah itu karena teringat tugas ataupun karena sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak ketahui. Aku selalu mengingatkanku untuk percaya bahwa tidak ada yang tidak beres, namun otakku masih saja tidak percaya. Entah apa maunya.


Barusan aku lihat ternyata aku maish menulis sebanyak 167 kata, huh, aku kira sudah menulis lewat 250-an. Tapi tidak apa, telat lebih baik daripada tidak sama sekali. Salah satu anggota LPM-SM, kemarin bilang "Kalau ada catatan harian yang belum lengkap, silahkan dilengkapi sebelum saya tanyakan alasannya." Waktu itu juga ada salah satu temanku yang "keluar" dari grup kami dan bilang "Aku telat mengumpulkan, pasti aku otomatis dipecat." Namun, karena dia tak kunjung dikeluarkan dari grup bersama kating, berarti dia tak dikeluarkan, kan? Kami menyuruh penanggung jawab angkatan kami untuk memasukkan kembali teman tadi dan dia senang.


Buku baru sudah diberikan kemarin tepat setelah diskusi, judulnya kalau tidak salah Perempuan di Titik Nol. Aku tadi siang sempat membacanya tapi kata pengantarnya panjang sekali. Aku langsung meloncat ke bab 1 dan membacanya sedikit. Setelah aku tahu gaya bahasa dan bagaimana cara penulis menceritakannya, aku berhenti. 3 hari sebelum diskusi saja aku selesaikan karena takut lupa bagaimana alur cerita.


Ah, hari ini aku lupa untuk makan. Hanya makanan ringan yang aku konsumsi daritadi. Padahal, aku sudah bertanya lauk apa hari ini, perutku juga sudah berbunyi. Tapi entah mengapa aku selalu lupa. Akhirnya saat ini aku masih merasa lapar, ingin makan, tapi tunggu inu selesai. Tinggal kurang lebih 150 kata lagi. 


Jika seandainya aku telat menulisnya kemarin, mungkin bisa diselesaikan secepatnya karena seperti yang kalian tahu kemarin apa saja yang aku lakukan. Namun hari ini tidak, aku bahkan belum keluar dari rumahku hari ini, selangkah pun. Aku mulai memikirkan bagaimana cara agar banyak kegiatan, dan mungkin besok aku akan berjalan-jalan, sendiri.


Oh iya, sebelum tertidur aku sempat membaca komik terlebih dahulu, dari Webtoon juga. Ternyata komik horor lebih banyak dari dugaanku. Selain horor ada satu genre lagi yang aku sukai, yaitu aksi. Komik aksi membuatku selalu puas dengan cerita dan alur yang bermacam-macam. Aku juga senang saat protagonis yang menang. Namun, ada beberapa komik aksi yang tidak aku sukai, misalnya jika dicampur dengan fantasi. Hanya tidak suka saja dengan genre fantasi, tidak bisa dibayangkan secara nyata. Berbeda dengan film atau drama, aku suka genre fantasi.


Ah, akhirnya sudah 500 kata. Seperti biasanya besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!


Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud