Langsung ke konten utama

Seharian Menonton.

Halo, teman keluh kesahku. Bagaimana kabar kalian? Keluarga kalian? Teman kalian? Jangan sampai sakit ya, mahal. Kalian tidak percaya padaku? Ya terserah, yang penting jaga kesehatan, biar kalian bisa baca terus catatan harianku. Nanti kalau tidak ada yang membaca aku menangis, tapi bohong.


Hari ini aku membuka Google Classroom saat pukul 03.00, benar, kalian tidak salah dengar. Untuk apa ya kira-kira? Apalagi kalau bukan mengerjakan ujian. Tapi walaupun begitu aku senang karena untuk mata kuliah ini soalnya mudah, di buku ada. 


Kami juga harus menonton film terlebih dahulu untuk mengisi soalnya. Judul filmnya Wild Child (2008), menceritakan sebuah gadis remaja Amerika yang hidup semaunya dan tidak mendengarkan apa kata ayahnya. Maka dari itu, dia dikirim ke Inggris untuk sekolah di sekolah asrama. Suasananya sudah pasti beda, di Amerika dia bebas, teman-temannya juga populer. 


Sedangkan di Inggris, dia harus mematuhi berbagai aturan, misalnya tidak boleh keluar kamar setelah lampu dimatikan, dilarang menggunakan gawai, dan lainnya. Menurutku film ini adalah film yang ceritanya ringan, cocok untuk para remaja, kalian misalnya. 


Walaupun rating film ini di Google rendah, tapi jika aku harus memberikan pendapatku maka akan aku beri 8,5/10. Mengapa? Hm, tidak tahu intinya aku suka. Setelah menonton aku harus mengisi soal-soalnya seperti sebutkan 3 american values, cara pemeran utama mengatasi homesick, dan sebagainya.


Selesai mengerjakan ujian pukul 06.30, aku menjadi tertarik juga untuk melanjutkan film Spongebob Squarepants: Sponge The Run (2020) yang kemarin aku sempat tonton tapi hanya 8 menit awal. Meskipun film ini dikemas dalam animasi 3D, tapi menurut aku pribadi, aku lebih suka yang versi 2D, mungkin karena terbiasa melihatnya. Aku berhenti di menit 41 karena bosan, dan melanjutkan kegiatan berselancarku di Instagram, sampai aku tertidur.


Pukul 19.30 tadi, karena drama 18 Again sudah tamat, aku jadi tidak ada drama untum ditonton. Ada, tapi update hari Kamis dan Jum'at. Jadi otakku mengingat-ingat apa drama yang seru. Ah! Aku tahu. Aku ketikkan "The Penthouse" dan mulai menontonnya. 


Drama ini menceritakan tentang keluarga konglomerat yang saling bersaing agar anaknya nomor satu dalam hal menyanyi klasik. Namun, kemampuan para anak konglomerat itu terkalahkan oleh anak yang biasa-biasa saja. Bahkan awalnya ibu dari anak itu tidak mendukung bakat alaminya. Yah, aku baru menonton sampai episode 6, sih. 


Tapi ketika menonton ini aku jadi teringat drama berjudul Sky Castle (2018) yang sempat berada di tingkat pertama. Latarnya sama, ada keluarga konglomerat, anak biasa, dan mereka saling bersaing. Bedanya di Sky Castle para anak konglomerat bersaing untuk masuk jurusan kedokteran di universitas top Korea.


Karena haus, aku teguk Teh Pucuk yang dari tadi belum sempat aku minum. Aku sudah tidak sabar untuk melanjutkan drama The Penthouse setelah aku menulis ini. Rencanaku besok, saat pagi aku akan merekam vlog untuk lomba, siangnya aku ujian, kemudian aku lanjutkan membaca buku untuk diskusi hari Jum'at. Yah, begitu saja. Seperti biasanya, besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!


Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud