Langsung ke konten utama

Salad Impian.

Halo, teman keluh kesahku. Hari ini adalah hari aku meraih salah satu keinginanku. Selain bermain dan berjalan-jalan, kalian tahu apa yang aku inginkan? Ya, membuat salad buah. Akhirnya, setelah sekian lama aku mengumpulkan niat dan memantapkan hati, aku bisa memakan salad buah. Tentunya dengan resep dari Devina Hermawan.


Hari ini aku tidak akan mengulang-ulang pembicaraan dengan dunia perkuliahanku. Jika aku lakukan pasti isinya itu-itu saja. Pokoknya, aku hari ini tertidur setelah absen mata kuliah ketiga. Tidak ada meet, hanya tugas, itupun tenggat waktunya pukul 16.00.


Seperti hari-hari sebelumnya, aku membantu ibuku di warung, tepat sesaat sebelum adzan Isya' berkumandang. Mengapa? Jadi begini, aku sudah membuat saus saladnya saat sore hari, jadi tinggal adegan memotong buahnya yang belum. Nah, aku malas memotong-motong buah, jadinya aku bawa ke warung biar ibuku saja yang melakukan.


Yang membuat aku lama datang ke warung ialah sifat pelupa yang aku miliki. Sebelumnya aku beritahu, rumahku tidak memiliki dapur pribadi, hanya ada dapur tempat orang tuaku membuat makanan yang untuk dijual. Lokasinya di depan rumah. Namun, kulkas adanya di dalam rumahku, jadi kalau aku mau memasak sesuatu harus berjalan bolak-balik. 


Awalnya aku mengambil saus salad yang sudah kubuat dan buah-buahan di kulkas. Lalu aku bersiap untuk ke warung. Ah, iya aku melupakan keju. Kuambilah keju di dapur depan rumahku. Setelah akan berangkat, ah iya, parutan kejunya. Pokoknya aku bolak-balik hampir 15 menit. Parahnya lagi aku harus menggembok pintu dapur, jadi aku harus buka-gembok terus-menerus. Saking kesalnya, aku sampai menangis sebentar. 


Sampai di warung aku langsung makan karena aku belum makan dari siang. Mungkin karena aku lapar aku jadi emosional. Aku suapkan bakso yang sore tadi aku beli ke dalam mulutku. Wah, seperti diberi pencerahan. Dari yang awalnya aku cemberut, aku menjadi biasa saja. Setidaknya ada peningkatan, kan?


Saat keadaan sedang sepi, aku dan ibuku mulai menata buah yang sudah beliau potong dan saus salad ke dalam wadah. Tapi, ternyata saus saladnya hanya cukup untuk 2 porsi, padahal kami ingin membuat 4 porsi. Ya sudah, aku kembali ke rumah membuat saus salad. Kali ini aku tidak kesal, jadinya cepat. Mungkin hanya 10 menit saja.


Setelah semuanya selesai, aku memakan salad buahku yang hanya berisi nata de coco dan buah naga saja. Mengapa? Aku tidak suka apel, pir, melon, anggur, dan mangga untuk di jadikan salad. Kalau dimakan langsung aku boleh-boleh saja. 


Ya, seperti yang kalian lihat. Dibagian bawah itu adalah buah naga dan bagian atasnya nata de coco. Saat salad tersebut sudah sisa setengah, saus salad yang awalnya putih berubah menjadi warna merah muda karena buah naga. Cantik, aku jadi sayang memakannya. Karena ini buatan sendiri, jadinya aku bisa mengkustom sesuai keinginan. Kejunya juga aku sengaja beri lebih banyak. Ah, aku ingin menyantapnya lagi. Di kulkas masih ada sisa yoghurt dan susu kental manis, sepertinya besok aku akan membuat untuk kedua kalinya.


Yah, seperti biasanya, besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya! Oh iya, aku masih membuka lowongan jalan-jalan, jadi jika kalian juga mau silahkan komentar atau hubungi aku di WhatsApp! 


Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud