Langsung ke konten utama

Salahku, Ya.

Halo, teman keluh kesahku. Kembali lagi di blog seorang Chindy. Oh iya, kalian benar-benar membuka blogku setiap hari atau tidak, sih? Bukan apa-apa, hanya penasaran.


Kalian tahu tidak? Ternyata tadi aku tidak jadi jalan-jalan sendirian karena malas dan mengantuk. Hari ini juga aku mengalami kesalahan yang sama dua kali. Aku tidak tahu apakah bisa disebut salahku sepenuhnya, yah pokoknya baca saja.


Hari ini aku senang karena ada satu mata kuliah, dari pukul 7 sampai 08.40. Jadi aku berusaha untuk tidak tidur selama kuliah berlangsung walaupun tanpa Google Meet. Aku juga sudah mengisi absen. Aku pikir kuliah hari ini akan lancar-lancar saja. 


Setelah pukul 08.40, aku dengan buru-buru mematikan gawaiku dan ingin kembali tidur. Tidurlah aku. Kemudian aku terbangun dengan perasaan cemas, seperti ada yang tidak beres. Namun aku ingat kembali, hari ini kan hanya satu mata kuliah. Ya, sudah aku lanjut tidur. Aku terbangun sekitar pukul 13.00 dan membuka gawaiku untuk pertama kalinya. Dor, seperti ditembak rasanya.


Muncul pesan dari salah satu temanku yang menanyakan apakah aku juga tidak mengikuti jadwal mata kuliah PKn. Aku buru-buru membuka grup PKn dan benar saja, kuliah yang harusnya besok pukul 12.30 diganti hari ini pukul 10.40. Mana pemberitahuannya saat pukul 09.30, yah jam segitu aku sedang menjelajahi dunia mimpi. Aku kecewa dengan pemberitahuan yang tiba-tiba, setidaknya maksimal H-1 saja. Banyak temanku yang juga kecewa, beberapa dari mereka sedang ada di luar. Tapi apa boleh buat.


Bodohnya aku adalah tidak langsung menghubungi dosen mata kuliah PKn karena lupa. Saat pukul 6 sore tadi aku ingat, aku memutuskan menghubungi besok saja karena sudah lewat jam kerja. Aku harap ibu dosen kali ini tidak akan terlalu marah. 


Oke, lanjut saat pukul 8 malam tadi. Aku sedang ada di warung karena ibuku menyuruhku untuk menjaga warungnya sampai pukul 11. Namun, ibuku yang tadi katanya mau tidur malah bertelepon dengan orang. Aku pun yang menunggu karena bosan meminta izin ke minimarket untuk membeli yoghurt, besok kami akan membuat salad buah. Aku tidak sabar membuat saus salad yang manis.


Di minimarket saat mengantri untuk membayar, seorang pria menyelat antrianku. Aku kesal dan sudah bersiap-siap untuk berkata "Tolong, antri ya mas.". Namun, aku sangat senang karena ternyata petugas kasir memberi tahu untuk menyuruhnya mengantri terlebih dahulu. Aku menatap matanya dengan wajah sedikit tersenyum untuk mengejeknya, apakah aku puas? Iya, sangat.


Setelah kejadian itu, seorang laki-laki menyapaku. Aku menoleh dan berpikir siapakah dia. Ah, dia temanku! Aku tidak mengenalnya karena dia berubah, dulu dia berisi sih. Dia adalah satu-satunya teman waktu aku di kelas 9 yang tetap mengajakku bicara saat orang lain tidak. Beruntung, aku memiliki teman sepertinya.


Aku terlalu asik untuk menuliskan kisah hari ini, sampai-sampai tidak sadar sebentar lagi sudah mencapai target 500 kata. Walaupun hari ini aku tidak jadi jalan-jalan, tapi tak apa, mungkin bisa besok atau lusa. Besok akan aku ceritakan saat aku membuat salad buah. Kalau kalian mau, boleh kok nanti aku kasih, tapi ajak aku jalan-jalan.


Baiklah, seperti biasanya besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!


Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud