Langsung ke konten utama

Kembali Tidur.

Halo, teman keluh kesahku. Bagaimana kabar kalian? Kali ini aku benar-benar ingin tahu bagaimana kabar dan keadaan kalian.


Hari ini adalah hari yang tidak sama sekali spesial. Jika kali ini aku harus menulis tentang kegiatan hari ini maka hanya satu, tidur. 


Seperti kemarin malam, aku tidak tidur. Sepertinya jam tidurku terbalik. Aku sebenarnya benci dengan jam tidur terbalik, mengapa? Ya, bisa dibayangkan kalau sebagian besar kegiatan kita berjalan di pagi dan siang hari. Jadi, jika aku harus menjalankan kegiatan tersebut maka aku mengantuk.


Biasanya jika terjadi hal seperti ini aku akan mencoba meminum obat tidur untuk mengembalikan jam tidurku. Tapi, terkadang obat tidur yang kuminum tidak ampuh. Hanya terasa lelah, namun tidak mengantuk.


Saat sore aku menonton drama favoritku sebentar dan aku mandi seperti biasanya. Dan sekarang pukul 19.22 aku menulis catatan harianku sambil membantu orang tuaku di warung. Pegawai yang biasanya ada di warung kini sedang ada di kampung halamannya karena Maulid Nabi Muhammad SAW. Entah, ibu bilang mereka mungkin kembali masuk satu minggu kemudian.


Aku bertugas membantu bagian kasir, menghitung harga yang harus dibayar pembeli adalah tugasku. Aku senang saat mereka menghitung sendiri, otakku jadi tidak perlu bekerja keras. Yah, terkadang akupun salah hitung dikarenakan mereka membeli banyak. Apalagi jika mereka membeli dengan nominal 500 dibelakangnya, sulit menurutku.


Pembeli tidak terlalu ramai dan padat. Sepertinya hanya empat kursi yang diisi orang. Namun, banyak juga pembeli yang memilih untuk membawa makanannya pulang, mungkin karena efek dari COVID-19. 


Baru saja seorang pembeli menyapaku dengan panggilan "dek". Aku kira dia sedang meminta sesuatu, ternyata dia adalah kakak kelasku saat aku di SMA. Dia juga adalah salah satu bagian dari ekstrakurikuler jurnalistik, aku tidak tahu tepatnya bagian apa. Kami juga tidak terlalu dekat, hanya sekedar kenalan satu organisasi.


Di warung juga sedang ada tanteku dan suaminya yang aku sendiri tidak tahu mereka ada keperluan apa. Mereka sesekali menemani orang tuaku berbincang saat tidak ada pembeli. Aku senang, setidaknya orang tuaku ada teman bicara. 


Di warungku juga ada makanan kucing yang aku sengaja bawa dari rumah. Mengapa? Karena banyak kucing di daerah sekitar warungku. Dulu banyak sekali kucing disini, tapi entah mengapa kini hanya beberapa yang terlihat, termasuk kucingku sendiri. Ibuku terkadang suka memotret wajah para kucing, mau itu kucing liar ataupun kucing sendiri. 


Walaupun warung kami tidak terlalu ramai dengan pembeli namun disini ramai dengan suara motor, musik, dan penggorengan. 


Saat sedang menulis ini, aku sedang memikirkan hal apa yang harusnya aku tulis kembali. Sedangkan menurutku tidak ada yang bisa aku tulis. 


Ah, aku baru ingat. Ada satu tugas selain ini yang harus aku lakukan, yaitu menulis tentang apa yang telah aku bicarakan. Sedangkan kini aku tidak tahu siapa yang akan menjadi teman bicaraku selain teman satu kelasku saat SMA. Aku kemarin sudah bilang "Besok kita wajib GMeet." di grup kelas, namun hal yang kami bicarakan biasanya tidak terlalu penting. Jadi, doakan saja ada yang bisa aku tulis nanti.


Baiklah, sekian saja ya catatan harian dariku. Aku harap kalian suka dengan cerita tidur dan warungku kali ini. Seperti biasanya, besok jangan lupa buka kembali blogku untuk melihat update setiap harinya!


Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud