Langsung ke konten utama

Goodbye to a World.

Halo, teman keluh kesahku. Bagaimana kabar kalian hari ini dan kemarin? Semoga baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya. Suhu hari ini tidak berprikemanusiaan, saat siang panas sekali, saat malam dingin berkali-kali. Menghidupkan kipas pun dilema, tidak dihidupkan keringat bercucuran.


Kali ini aku tidak melewatkan lagi mata kuliah PKn, dan sebelumnya aku sudah meminta maaf kepada dosen yang bersangkutan. Entah apa mungkin doaku dikabulkan, dosen tersebut menjawab pesanku dengan sangat ramah. Ternyata memang, rezeki tidak selalu berbentuk uang, dosen yang pengertian juga termasuk rezeki. 


Apa? Oh maaf, barusan aku menjawab pesan dari teman SMA-ku. Sampai mana aku berbicara? Oh iya, saat akan memberikan tugas pun dosen PKn-ku menanyakan pendapat mahasiswanya. Menurutku, dosen seperti ini sangat memperhatikan kehidupan mahasiswa yang diajarnya, beliau takut mereka terlalu banyak pekerjaan hingga meminta izin terlebih dahulu saat akan mengirimkan tugas. 


Selesai mata kuliah PKn aku langsung merebahkan tubuhku di kasur. Sampai tidak terasa mataku mulai menutup dengan sendirinya. Ah, aku bermimpi buruk. Aku bermimpi aku berada di dunia lain. Aku melihat kompas digawaiku, kompas tersebut hanya berputar-putar. Tidak ada orang, tidak ada manusia satupun. Di mimpi tersebut matahari ada, namun keadaan disekitarku benar-benar hampa. Tiba-tiba dadaku terasa sesak, dimimpi aku berusaha terbangun dengan membaca doa-doa. Tapi tak berhasil juga, kemudian semuanya hitam, hilang, dan aku tak ingat lagi, tiba-tiba saja aku terbangun. 


Ah, aku ingat apa yang membuatku bermimpi buruk. Sebelum kuliah PKn dimulai aku sempat melihat story WhatsApp teman-temanku dan ada salah satu video yang menampilkan gambar-gambar creepy dengan lagu Goodbye to a World. Aku juga sempat mendengarkan durasi lengkap dari lagunya yang ternyata menurutku cukup seram. Saat itu aku berpikir "Aku bisa saja bermimpi buruk setelah melihat ini" dan ternyata benar-benar terjadi. 


Saat begadang kemarin malam, aku juga tidak sengaja melihat story dengan video menampilkan kuntilanak di ujung ruangan, dia melayang namun tidak terbang. Aku tahu itu palsu karena terlalu jelas, sepertinya dari kreator TikTok. Apakah aku kapok? Hm, entahlah. Rasa takutku hanya muncul saat di mimpi, saat terbangun dan terjaga seperti sekarang aku biasa saja. Mengapa? Karena aku tidak pernah melihat hantu secara langsung, hanya mendengar cerita, menonton film, tidak ada yang benar-benar nyata kulihat.


Sudahlah, kita akhiri saja cerita per-hantuan ini karena aku tidak ingin setelah ini ditulis mata kepalaku melihat mereka, seakan-akan balas dendam. Pukul 21.15 tadi aku membuka grup WhatsApp dan melihat sebuah pendaftaran lomba, lomba vlog bahasa Inggris lebih tepatnya. Sebenarnya dari setiap kelas prodi sastra Inggris harus mengeluarkan satu perwakilan, namun aku tidak mengajukan diri karena jika aku tidak menang aku takut teman-temanku kecewa. Namun karena aku sangat ingin ikut, jadi ya aku ikut saja tapi atas nama diriku, bukan perwakilan. Tidak ada beban jika aku tidak menang. Langsung aku berangkat mentransfer uang pendaftaran dan setelahnya aku mengisi formulir. Saat aku masuk grup untuk peserta lomba, yang ada hanya panitia dan aku, hah? Aku bingung, antara tidak ada yang ikut atau memang banyak yang belum masuk. Tapi semakin sedikit peserta kesempatan menangku semakin besar.


Yah, begitu saja kegiatanku hari ini, tidak ada yang berubah, kan? Jika melihat teman seangkatanku aku suka bingung, mereka selalu ke warkop, jalan-jalan, dan bermain. Mengapa aku tidak? Tidak tahu. Seperti biasanya, besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!


Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud