Langsung ke konten utama

Lupa Bangun.

Halo, teman keluh kesahku. Hari ini aku cukup senang karena tidak ada tugas menulis selain catatan harian. Dan kali ini aku akan menceritakan cerita tentang kecerobohanku.

 

Seperti biasanya, aku hari ini tidur sekitar pukul 5. Lalu aku mendengar suara derap kaki menuju kamarku. Iya, kalian sudah tahu siapa itu kan? “Bangun, sudah pukul 7” suruh ibu. Aku melihat jam di gawaiku dan memang sudah pukul 06.56. Ibu pergi setelah melihat aku terbangun, sedangkan aku melanjutkan tidur padahal pukul 07.00 aku ada kuliah.

 

Aku terbangun kembali  pukul 09.33 dan merasa menyesal. Akhirnya aku melihat grup kelasku ternyata tidak ada meet. Tapi, ada tugas yang tenggat waktunya pukul 09.15. Sial, aku merutuki diriku sendiri.

 

Dengan buru-buru aku mengerjakan tugas tersebut dan meminta maaf pada dosen yang bersangkutan. Entahlah, aku  harap beliau tidak terlalu mempermasalahkan.

 

Setelah mengerjakan tugas aku kembali membuka WhatsApp dan memang ternyata masih belum ada tugas dari grup LPM. Aku menganggap “Akhirnya, hari libur.” sampai pukul 7 tadi sebuah pesan mengatakan bahwa kami harus tetap mengumpulkan catatan harian. Yah, tak apalah. Aku juga sekarang merasa terbiasa dengan catatan harian.

 

Sambil menunggu pukul 10.40 yakni kuliah Grammar, aku mengerjakan tugas Listening yang sama sekali belum sempat aku kerjakan. Tenggat waktunya pukul 12.00, dan aku berusaha untuk tidak terlambat untuk kedua kalinya. Yang ada nanti aku berurusan dengan dua dosen sekaligus.

 

Hari ini aku tidak ada kegiatan jalan-jalan seperti kemarin. Niatnya aku ingin mengunjungi salah satu temanku di rumahnya, namun dia mengatakan akan pergi untuk foto KTP. Aku iri, namun aku juga senang. Aku akan melatih skill make-upku agar nanti jadinya sesuai ekspektasiku. Sayang kan kalau aku tidak suka, sekali seumur hidup.

 

Selesai megikuti kuliah Grammar aku langsung menonton drama korea yang berjudul 18 Again, drama yang masih on going. Drama ini adalah remake dari film barat dengan judul 17 Again yang dibintangi Zac Efron. Jika ditanya aku sudah melihat yang versi Hollywood atau belum, jawabannya sudah. Dan aku juga menemukan beberapa adegan yang dibuat berbeda dengan aslinya. Karakter dari para tokohnya juga dibuat sedikit “soft” untuk menyesuaikan budaya Korea.

 

Sekarang, aku di depan laptopku menulis catatan harian dan ditemani gawaiku yang memutar lagu dari 5SOS yang berjudul She Looks So Perfect. Lagu ini sebenarnya tidak aku simpan karena aku ingin, namun salah satu teman dekatku menyuruh untuk menyimpannya. Aku dengar-dengar ternyata lagu ini enak juga dan sering kuputar saat waktu senggang.

 

Setelah melihat jam aku menjadi kagum dengan diriku sendiri. Padahal aku menulis ini baru pukul 22.16, dan sekarang sudah pukul 22.50 yang mana berarti aku mengerjakan ini kurang dari 1 jam. Mungkin kemampuan menulisku sudah lebih meningkat dari hari ke hari. Dari yang aku tidak pernah mempublikasi hasil karya tulisku dan kini aku mempublikasikannya setiap hari.

 

Baiklah, hari ini aku tidak akan menyebutkan tentang aku yang meminta kalian mengajakku jalan-jalan. Aku tahu kalian sudah bosan dengan kalimat itu, aku pun sudah lelah karena percuma juga. Lagipula, aku bisa jalan-jalan sendirian tanpa orang lain, doakan besok aku jalan-jalan dengan diriku sendiri, ya! Seperti biasa, jangan lupa besok untuk mengecek kembali blogku untuk melihat update setiap harinya!

 

Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Resensi Buku "Perempuan di Titik Nol"

Resensi Buku: Perempuan di Titik Nol oleh Nawal El Saadawi. Judul: Perempuan di Titik Nol (Emra'a enda noktat el sifr) Penulis: Nawal El Saadawi Penerjemah: Amir Sutaarga Perancang sampul: Ipong Purnama Sidhi Penerbit: Yayasan Pendidikan Obor Indonesia Tanggal terbit: Januari 2003 Cetakan: Ketujuh Isi halaman: 156 halaman ISBN: 978-461-040-2               Buku ini adalah karya salah satu penulis asal Mesir yang juga merupakan seorang psikiater. Ia adalah Nawal El Saadawi . Tidak hanya seorang psikiater, Nawal juga merupakan seorang aktivis feminis yang membuat sebagian isi dari buku ini menjunjung tentang perempuan. Buku ini awalnya ditolak oleh penerbitan Mesir. Tidak berhenti di situ, Nawal akhirnya berhasil menerbitkan buku ini di Lebanon pada 1975, tiga tahun dari jadwal yang direncanakan. Di Indonesia sendiri, buku ini diterjemahkan dan diterbitkan pertama kali oleh penerbit Yayasan Pendidikan Obor In...

Resensi Buku: Pers di Masa Orde Baru oleh David T. Hill.

Judul : Pers di Masa Orde Baru (The Press in New Order Indonesia Penulis : David T. Hill Penerjemah : Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo Perancang sampul : Iksaka Banu Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tanggal terbit : Juli 2011 Cetakan : Pertama Isi halaman : 232 halaman ISBN : 978-979-461-786-1     Pers di Masa Orde Baru merupakan sebuah karya terjemahan dari David T. Hill. Buku ini berjudul asli "The Press in New Order Indonesia" dan diterjemahkan oleh Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo. Dengan awalan yang cukup panjang untuk sebuah monograf, pembaca yang belum pernah membaca sejarah mengenai orde baru pasti akan merasa bingung. Pembaca dibuat berputar-putar dengan ingatan-ingatan kelam akan dunia jurnalis itu dari tahun ke tahun. Banyak terbitan-terbitan majalah ataupun koran harian yang dibredel tanpa peringatan. Memang, saat orde baru kekuasaan yang utama ada di tangan Presiden Soeharto. Buku ...