Langsung ke konten utama

Hari SM.

Halo, teman keluh kesahku. Bagaimana kabar kalian semuanya? Semoga peliharaan kalian baik-baik saja. Lho kok peliharaan? Iya, kemarin kan sudah aku sebutkan keluarga dan kaliannya. Kalau kalian tidak punya peliharaan, semoga rumah kalian baik-baik saja. Kan kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

 

Hari ini adalah hari LPM-SM, menurutku. Mengapa? Dimulai dari dini hari saat pukul 02.00 saat aku sibuk dengan vlog lombaku. 20 November adalah tanggal dimana  tenggat waktu pengumpulannya. Awalnya setelah aku selesai mengedit, aku ingin menyimpannya dengan kualitas 720p. Tapi nanti hasilnya tidak akan jernih, lagipula aku sudah merekam videonya dengan 1080p. Ya sudah, akhirnya aku simpan dengan kualitas 1080p dan memakan penyimpanan sebesar 120MB. Sebenarnya aku tidak masalah sih, yang jadi masalah adalah durasi untuk meng-upload video tersebut di Google Drive.

 

Pertama, aku unggah tidak di tautan yang diberikan oleh panitia, tapi kuunggah biasa. Selesai mengunggah aku berniat untuk memindahkan video tadi ke folder dari panitia. Tapi, tidak bisa. Meskipun di video itu tertulis dengan jelas bahwa lokasinya ada di folder yang aku tuju, tapi saat aku membuka foldernya tidak ada videoku. Akhirnya dengan berat hati aku unggah kembali untuk kedua kalinya. Aku tahu nama videonya belum aku ubah. Niatnya akan aku ubah setelah aku unggah. Dari kamarku aku berpindah menuju ruang tamu, untuk mendapatkan jaringan Wi-Fi yang kuat, yang mampu mengunggah videoku dalam waktu singkat. Cukup sebentar, hanya 8 menit saja. Kemudian aku ganti namanya. Namun, meskipun di Google Drive milikku namanya sudah terganti, tapi ketika membuka tautan folder tadi videoku tetap bernamakan “Tak berjudul_1080”.

 

Lelah, aku kirim pesan kepada panitia haruskah aku mengunggah ulang. Lalu aku membaca komik Webtoon dan mulai membaca komik romantis yang sinopsisnya seru, meskipun aku tidak suka genre romantis tapi kalau jalan ceritanya bagus mengapa tidak? Lagipula tidak ada pilihan lain, semua komik favoritku sudah aku baca, tinggal menunggu jadwal update.

 

Pukul 04.09 aku beranjak dari tempat tidur dan mengambil wudhu, untuk apa? Masa aku harus menjawab hal yang sudah jelas? Ya untuk sholat subuh, teman-teman. Setelah itu aku melanjutkan bermain gawai dan entah tiba-tiba aku terbangun pukul 10.00. Ah, aku ingat. Aku belum membaca buku untuk diskusi malam ini. Kubuka file PDF di penyimpananku dan mulai membaca, terkadang sambil diiringi musik kesukaanku, terkadang juga aku membuka media sosial. Intinya, kegiatan membaca bukuku berakhir pukul 17.00. Setelah membaca buku aku buru-buru membuka Google untuk mencari “Woman at Point Zero”. Ya, aku mencarinya dalam bahasa Inggris karena informasi yang aku dapat lebih banyak. Begitu pula biografi dari penulisnya. Di bahasa Indonesia tidak dijelaskan asal-usul perjalanan hidup Nawal El Saadawi, hanya siapa dia. Selain untuk gaya-gayaan, ternyata bahasa Inggris bisa berguna lebih dari itu, ya. Apa? Menyindir? Bicara apa kalian ini?

 

Tepat pukul 20.00 diskusi kami dimulai. Pemantiknya adalah salah satu dari angkatanku. Sebenarnya aku memiliki banyak pertanyaan dan pendapat di kepalaku. Tapi entah mengapa aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Jika kalian pernah baca catatan harianku sebelumnya yang tentang menulis, mungkin kalian sudah tahu tentang ini. Yang juga menjadi alasan mengapa aku tidak mau menjadi tenaga pengajar. Diskusi berakhir pukul 23.00 dan kulanjutkan dengan menulis catatan harian. Jadi begitulah bagaimana hari SM-ku berjalan. Seperti biasanya, besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!

 

Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud