Langsung ke konten utama

Sakit Tapi Suka.

Halo, teman keluh kesahku. Bagaimana kabar kalian? Jika kalian sudah membaca catatan harianku pagi ini yang seharusnya aku kirim kemarin malam, maka kalian sadar mengapa aku mengerjakan ini pukul 21.40. Ya, aku tidak ingin lupa lagi, selagi masih ingat.

Pagi ini, setelah aku mengunggah video tugasku di Instagram, aku melakukan hal yang jarang kulakukan sebelumnya. Dulu aku sering melakukan ini, bahkan mungkin setiap hari. Tapi semenjak SMA aku tidak lagi, karena apa? Yah, pokoknya begitu. Aku tidak ingin menjelaskannya lebih lanjut.

Dance, itu dia. Sebenarnya aku melakukannya karena menurutku koreografi dari salah satu lagu yang aku dengarkan akhir-akhir ini bagus. Jadi aku ingin mencobanya. Lagunya berjudul "Pretty Savage" oleh BLACKPINK. Maaf, kalian pasti bosan dengan hal-hal yang berbau K-Pop, tapi memang begitu adanya. 

Walaupun ini pertama kalinya aku menari untuk kurun waktu yang lama, badanku bergerak begitu saja. Bahkan aku sudah hafal bagian chorus yang pertama. Selain itu, menari juga membakar lemak di tubuhku. Sesekali bergerak tak apa setelah rebahan selama berbulan-bulan lamanya. 

Lagi, seperti yang tadi aku sebutkan, karena ini pertama kalinya setelah menari badanku nyeri di bagian yang sering bergerak, seperti leherku, punggungku. Aku jadi paham mengapa banyak idol yang memakai koyo terkadang. 

Puas dengan melakukannya, aku beristirahat sambil menonton Harry Potter. Menunggu pukul 07.00 untuk mengikuti kelas pertamaku hari ini. Setelah tepat waktunya, ternyata ada pemberitahuan bahwa hari ini tidak ada meet. Hanya tugas dan tenggat waktunya pun masih lama, Senin besok. Aku isi presensi dan melanjutkan kegiatan menontonku. Terus sampai aku mengingat sesuatu yang janggal. Aku belum mengumpulkan catatan harian kemarin. 

Kucabut earphone dan mengambil gawaiku yang tadi aku isi dayanya. Kurebahkan tubuh dan mulai mengetik dengan cepat tentang apa saja yang aku lakukan kemarin. Tapi sepertinya terlalu banyak kutulis tentang bagaimana aku bisa lupa tentang catatan harisn itu.

Setelah menulis catatan harian, aku tidak melanjutkan menonton Harry Potter karena sayang, sebentar lagi sudah tamat. Sepertinya baru saja aku menonton yang pertama, dimana Harry masih kecil. Kali ini aku menunggu untuk jam mata kuliah kedua. Speaking, mata kuliah favoritku. Dosen yang baik, mata kuliah yang asyik, sempurna. Bahkan berlama-lama meet tak apa.

Setelah itu seperti biasanya, menunggu mata kuliah ketiga. Mungkin karena efek menari tadi malam tubuhku jadi lemas dan ingin merebahkan diri. Tapi khusus mata kuliah ketiga ini, Grammar, kami harus mengaktifkan kamera dan tentunya wajib duduk. Lama kegiatan belajar berlangsung, ternyata tidak hanya aku yang mengantuk. Teman-temanku juga. Bahkan banyak dari mereka yang menghibur diri dengan mengganti-ganti latar belakang. 

Aku? Tidak, aku hanya meng-freeze layarku agar tidak perlu mematikan kamera. Namun, salah satu temanku bilang bisa saja dosennya melihat bahwa layarku freeze. Ya sudah, terpaksa aku menyenterkan flash dari gawai ke wajahku agar tidak mengantuk. Tanpa kusadari, ternyata tindakan itu membuatku terlihat seperti di film horor. Salah satu temanku mengirim fotoku di grup kelas. Aku baru sadar setelah pelajaran berakhir. 

Selesai mata kuliah aku merebahkan tubuh hingga tanpa sadar aku tertidur. Dan kini aku sedang menulis catatan harian setelah barusan aku menonton Harry Potter. Seperti biasanya, besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!

Terima kasih ~


Komentar

Yang disukai

Resensi Buku "Perempuan di Titik Nol"

Resensi Buku: Perempuan di Titik Nol oleh Nawal El Saadawi. Judul: Perempuan di Titik Nol (Emra'a enda noktat el sifr) Penulis: Nawal El Saadawi Penerjemah: Amir Sutaarga Perancang sampul: Ipong Purnama Sidhi Penerbit: Yayasan Pendidikan Obor Indonesia Tanggal terbit: Januari 2003 Cetakan: Ketujuh Isi halaman: 156 halaman ISBN: 978-461-040-2               Buku ini adalah karya salah satu penulis asal Mesir yang juga merupakan seorang psikiater. Ia adalah Nawal El Saadawi . Tidak hanya seorang psikiater, Nawal juga merupakan seorang aktivis feminis yang membuat sebagian isi dari buku ini menjunjung tentang perempuan. Buku ini awalnya ditolak oleh penerbitan Mesir. Tidak berhenti di situ, Nawal akhirnya berhasil menerbitkan buku ini di Lebanon pada 1975, tiga tahun dari jadwal yang direncanakan. Di Indonesia sendiri, buku ini diterjemahkan dan diterbitkan pertama kali oleh penerbit Yayasan Pendidikan Obor In...

Resensi Buku: Pers di Masa Orde Baru oleh David T. Hill.

Judul : Pers di Masa Orde Baru (The Press in New Order Indonesia Penulis : David T. Hill Penerjemah : Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo Perancang sampul : Iksaka Banu Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tanggal terbit : Juli 2011 Cetakan : Pertama Isi halaman : 232 halaman ISBN : 978-979-461-786-1     Pers di Masa Orde Baru merupakan sebuah karya terjemahan dari David T. Hill. Buku ini berjudul asli "The Press in New Order Indonesia" dan diterjemahkan oleh Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo. Dengan awalan yang cukup panjang untuk sebuah monograf, pembaca yang belum pernah membaca sejarah mengenai orde baru pasti akan merasa bingung. Pembaca dibuat berputar-putar dengan ingatan-ingatan kelam akan dunia jurnalis itu dari tahun ke tahun. Banyak terbitan-terbitan majalah ataupun koran harian yang dibredel tanpa peringatan. Memang, saat orde baru kekuasaan yang utama ada di tangan Presiden Soeharto. Buku ...