Langsung ke konten utama

Tamatnya Game.

Halo, teman keluh kesahku. Hari ini adalah hari dimana aku mungkin akan menamatkan game The Legend of Zelda: Minish Cap. Entahlah, eh aku lupa. Seharusnya aku tidak kasih tahu kalian kan, kemarin juga gitu. Kalau dikasih tahu  malah tidak terlaksana. 


Hari ini ibu memintaku untuk ke warung saat sebelum Maghrib. Kenapa? Tetanggaku ada yang mengadakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW. dan acaranya setelah Maghrib. Mereka melakukan tepat ditengah jalan, jadi kalau aku ke warung setelah Maghrib pasti tidak bisa karena banyak orang. Apalagi aku malu lewat di depan orang banyak.


Karena aku ke warung sebelum Maghrib, maka dari itu aku melaksanakan sholat Maghrib di warung. Yah, walaupun mukenahnya sudah tidak bagus lagi tapi tak apa.


Aku senang pembeli hari ini semakin malam semakin ramai, tidak seperti hari biasanya. Kali ini aku tidak hanya menjadi penjaga kasir, tapi aku juga membantu menggoreng dan melayani pembeli. Seperti magang kata ibuku.


Selain aku, kakak laki-lakiku yang ketiga juga ikut membantu di warung. Dia biasanya membantu membuatkan es atau membersihkan meja bekas pembeli. Tadi aku sempat meminta dia untuk membantuku memainkan game di gawaiku karena aku tidak bisa melakukannya. Aku kesal, kenapa susah sekali, sih?


Hari ini aku jadi jalan-jalan lho, walaupun hanya sebentar. Sebenarnya aku tidak tahu apakah ini bisa disebut jalan-jalan atau tidak. Intinya aku keluar untuk membeli makan malam, maunya sih nasi goreng. Hah? Mie ayam? Oh, tidak bisa. Mie ayam depan pasar sudah tutup kalau malam tiba. 


Aku pergi ke penjual nasi goreng di pelabuhan timur, berharap bisa merasakan suapan nasi goreng favorit. Nyatanya, mereka tutup. Ah, aku kesal untuk kedua kalinya. 


Baiklah, apa aku makan ayam saja ya? Tapi mahal. Sambil mengendarai sepeda motor, aku berpikir harus membeli apa. Saat sampai di Bedak, aku memutar balikkan sepeda motorku dan menuju penjual ayam geprek yang biasa aku beli. Itu dulu, kini aku beli hanya jika lapar saja karena bosan.


Aku membeli dua porsi ayam geprek dan dua nasi, tapi mereka mengatakan hanya tersisa satu porsi nasi. Ya sudahlah, kakakku tidak usah pakai nasi.


Sambil makan, aku membuka grup kelas SMA-ku dan menekan tautan Google Meet. Seperti biasa, kami bertemu secara virtual. Hanya ada 4 orang di dalamnya termasuk aku. Diantara kami tidak ada yang bicara, hanya menunjukkan kalau mereka sedang mengerjakan tugas. Ya tidak apa-apa juga, tidak ada yang mempermasalahkan.


Saat warung sudah lumayan sepi, aku memainkan game yang tadi di awal sudah aku sebut. Aku membuka tutup walkthrough agar tidak melewatkan satu langkah pun. Kali ini semuanya berjalan lancar, tidak tersesat maupun kesusahan melawan raja setiap dungeon. 


Aku menulis catatan harian ini tepat setelah aku memainkan gamenya. Mungkin setelah ini aku akan melanjutkan sampai tamat. Tuh kan, aku memberi tahu rencanaku lagi. 


Oh, tidak. Aku lupa menjemur pakaianku yang tadi sore aku cuci di mesin cuci. Hm, mungkin setelah menjemur aku baru bisa memainkan game-nya lagi. 


Baiklah, karena sebentar lagi sudah hampir pukul 00.00 dan menurutku itu tenggat waktu catatan harian, maka aku akan menyelesaikannya hanya sampai sini saja. Seperti biasanya, besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!


Terima kasih ~


Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud