Langsung ke konten utama

Tidak Ingin Bicara.

Halo, teman keluh kesahku. Hari ini mood-ku sedang buruk, lebih tepatnya malam ini. Jadi aku tidak akan menanyakan kabar kalian terlebih dahulu, boleh kan? Terserah aku.

Kalau kalian ingin tahu apa alasan perasaanku sedang tidak bagus karena Wi-Fi dan Instagram. Aku berani bersumpah gara-gara kedua hal itu aku menjadi sedih dan marah, sampai tidak sadar mataku mengalirkan air mata. Konyol memang, tapi begitulah aku. 

Wi-Fi di rumahku entah mengapa akhir-akhir ini menjadi tidak stabil, tiba-tiba suka memutus hubungan dengan sendirinya, seperti kamu. Terkadang juga tidak bisa aku sambungkan, entah apa maunya. Karena aku manusia berakal, tentunya hal yang aku lakukan ialah melapor melalui Twitter karena jalan itu yang tercepat. 

Aku mengisi formulir keluhan dan menjelaskan apa yang membuatku mengeluh. Cukup lama, sekitar 15 menit baru mereka menjawab. Diawali dengan permohonan maaf seperti biasanya dan menjelaskan bahwa ada perbaikan jaringan di daerahku. Hah, dasar. Ini sudah berhari-hari atau mungkin genap seminggu. Aku hanya mengiyakan, tidak ada gunanya juga memarahi customer service. 

Instagram juga, baru saja membuatku naik pitam. Aku membayangkan adegan mencabik-cabik sesuatu dan melempar barang disekitarku. Begini, aku ingin menghapus akunku yang tidak dipakai, tapi saat aku akan masuk ternyata sandinya salah. Akhirnya aku memutuskan memilih opsi "kirim email ganti kata sandi". Nah, ternyata memang benar masuk surel dari Instagram. Namun saat aku klik malah yang keluar bukan yang aku harapkan. Aku coba terus-menerus tetap saja. Kucari caranya di internet tetap tidak ketemu juga. Sial! Sudah berapa banyak umpatan keluar dari mulutku? Cobaan apa lagi ini.

Akhirnya aku coba menyisakan 3 akun saja dan akhirnya aku bisa mengatur ulang sandiku. Langsung saja setelah itu aku hapus akunku dan mengetik catatan harian ini. Memang melelahkan, tapi otak dan perasaanku yang lelah. 

Lupakan tentang kedua hal menjengkelkan itu, akan aku ceritakan kegiatanku malam ini. Apa? Siang hari? Oh tidak perlu, tidak ada yang penting, jadi kita loncat saja sampai pukul 19.15.

Kemarin, ketua angkatanku mengajak kami untuk belajar bersama melalui Google Meet. Awalnya aku curiga karena belajar bersama belum tentu belajar, pasti banyak yang menyimpang. Tapi, tebakanku salah. Kami benar-benar belajar bahkan ketua angkatanku, Mirza, menjelaskan materi melalui presentasi. Walaupun agak gugup karena ini pertama kalinya untuk dia tapi menurutku dia cukup bagus dalam menjelaskan. 

Terkadang, kami saling bertukar pikiran dan pendapat. Misalnya mengapa kalimat ini menjadi seperti ini, mengapa kata kerjanya menjadi V3. Mahasiswa yang ikut walaupun hanya 29 orang tapi mereka benar-benar memperhatikan, yah walaupun saat materi selesai peserta menjadi 12 orang. Sangat menyenangkan dan menarik menurutku. Aku juga sudah meminta izin untuk menceritakan kegiatan ini. 

Aku bersyukur memiliki teman-teman yang saling mendukung bahkan merangkul sesama. Jadi teringat teman saat SMA. Atau mungkin ini balasan karena saat aku SMP tidak ada teman yang baik? Entahlah, mungkin, yang penting aku senang.

Oh iya, maaf sekali jika ada beberapa kata yang typo dikarenakan aku menulis catatan harian akhir-akhir ini melalui gawai, bukan laptop. Malas saja untuk membuka laptop hanya untuk menulis sebentar, terkadang aku harus menunggu loading yang lama, menghabiskan waktu. Jadi lewat gawai saja biar lebih efisien.

Seperti biasanya besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!

Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud