Langsung ke konten utama

Berulah Lagi.

 Halo, teman keluh kesahku. Bagaimana kabar kalian semua? Ternyata rencana yang kemarin aku

rencanakan tidak berjalan sesuai ekspektasi. Mengapa? Entah mengapa hari ini aku malas sekali

melakukan apa saja.


Pagi, yang seharusnya aku rekaman untuk vlog lomba malah tidak aku lakukan. Awalnya nanti,

lalu nanti, dan nanti. Sampai pukul 10.00, waktu dimana setengah jam lagi aku harus ujian.

Apakah aku menyesal? Ya, tentu saja. Aku berpikir "Coba saja tadi aku rekaman pasti bebanku

berkurang.". Tapi tidak kapok, aku tertidur, yang bahkan bisa saja aku tidur sampai sore.


Entah mungkin karena efek sindrom mahasiswa, tidurku tidak tenang, aku terbangun pukul

10.40, berarti baru 40 menit aku tertidur. Aku langsung membuka Google Classroom dan

mengisi absen. Aku baca soalnya yang hanya 6 buah namun panjang dan begitupun jawabannya.

Ah, malas. Aku lalu tertidur, kedua kalinya.


Tidak! Aku terbangun dengan perasaan gelisah, kubuka gawaiku dan ternyata masih pukul

11.01. Syukurlah, aku kerjakan pekerjaanku secepat Usain Bolt. Setelah menulis jawaban yang

panjang hingga 2 halaman, aku bisa bernapas lega.


Tapi, apa ini? Jangan bilang Wi-Fi sedang bermasalah, lagi? Sial! Aku panik dan segera

mengirim pesan pada dosenku. Ternyata tidak hanya aku yang tidak bisa meng-upload jawaban.

Aku coba terus sampai pukul 11.58 baru bisa setelah aku mencoba segala cara, me-reboot gawai,

pergi keluar, dan lainnya.


Setelah itu semua, aku sudah lupa rencanaku untuk siang hari, membaca buku. Sampai malam

tadi pukul 20.00 aku ingin membeli jagung rebus. Jaraknya tidak dekat juga, tapi aku suka.

Sekalian jalan-jalan menikmati udara malam. Ibu dan bibiku masing-masing menitip sesuatu.

Yoghurt untuk ibuku dan 3 jagung untuk bibiku.


Sambil berkendara dan melihat sekeliling, kulihat bahwa bahan bakar sepeda motor ini sudah di

garis merah. Ya sudah, ini mungkin kebetulan. Karena penjual jagung rebus tepat berada di


depan pom bensin. Sampailah aku di sana. Oh? Lho kok tidak ada? Penjual dan gerobaknya tidak

menampakkan diri sama sekali. Ya sudah, tidak perlu bersedih. Langung aku tancap gas membeli

Pertamax, 10.000 saja.


Kini saatnya aku membeli yoghurt dan body lotion milikku yang sudah habis. Tentu saja untuk

menghemat aku pergi ke minimarket dekat rumah, yang tidak ada tukang parkirnya. Kan sayang,

2.000 bisa aku tabung untuk beli mie ayam.


Aku dan sepeda motorku sampai di warung, kuberikan yoghurt kepada ibuku dan uang 10.000

kepada bibiku. "Sudah ambil saja." kata beliau, ya aku tidak menolak. Kubawa tas berisi

microphone dan stand gawai menuju kamar belakang warung. Untuk apa? Aku akan

menyelesaikan vlogku hari ini, tidak boleh aku tunda lagi.


Tak lupa aku meminjam gawai ibuku untuk melihat script yang aku tulis pagi ini. Sudah siap,

aku tekan tombol merah untuk mulai merekam. Ah, akhirnya selesai. Langsung saja aku lihat

hasilnya dan aku sangat kecewa. Hasilnya blur, tidak fokus. Tapi tak apa, tinggal rekam lagi saja,

kan? Selesai rekaman kedua aku cemas. Aku takut hasilnya blur lagi. Dan, syukurlah tidak. Tapi,

mengapa tidak ada suaranya? Kubuka WhatsApp hanya untuk membuat status, lalu kubuka lagi

video yang kedua tadi. Eh, kenapa kali ini ada suaranya? Entahlah, ajaib.


Sekarang, setelah ini selesai aku akan melanjutkan meng-edit videoku. Jadi aku akan mengakhiri

catatan harianku sampai sini saja. Seperti biasanya, besok jangan lupa cek blogku untuk melihat

update setiap harinya, ya!


Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Resensi Buku "Perempuan di Titik Nol"

Resensi Buku: Perempuan di Titik Nol oleh Nawal El Saadawi. Judul: Perempuan di Titik Nol (Emra'a enda noktat el sifr) Penulis: Nawal El Saadawi Penerjemah: Amir Sutaarga Perancang sampul: Ipong Purnama Sidhi Penerbit: Yayasan Pendidikan Obor Indonesia Tanggal terbit: Januari 2003 Cetakan: Ketujuh Isi halaman: 156 halaman ISBN: 978-461-040-2               Buku ini adalah karya salah satu penulis asal Mesir yang juga merupakan seorang psikiater. Ia adalah Nawal El Saadawi . Tidak hanya seorang psikiater, Nawal juga merupakan seorang aktivis feminis yang membuat sebagian isi dari buku ini menjunjung tentang perempuan. Buku ini awalnya ditolak oleh penerbitan Mesir. Tidak berhenti di situ, Nawal akhirnya berhasil menerbitkan buku ini di Lebanon pada 1975, tiga tahun dari jadwal yang direncanakan. Di Indonesia sendiri, buku ini diterjemahkan dan diterbitkan pertama kali oleh penerbit Yayasan Pendidikan Obor In...

Resensi Buku: Pers di Masa Orde Baru oleh David T. Hill.

Judul : Pers di Masa Orde Baru (The Press in New Order Indonesia Penulis : David T. Hill Penerjemah : Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo Perancang sampul : Iksaka Banu Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tanggal terbit : Juli 2011 Cetakan : Pertama Isi halaman : 232 halaman ISBN : 978-979-461-786-1     Pers di Masa Orde Baru merupakan sebuah karya terjemahan dari David T. Hill. Buku ini berjudul asli "The Press in New Order Indonesia" dan diterjemahkan oleh Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo. Dengan awalan yang cukup panjang untuk sebuah monograf, pembaca yang belum pernah membaca sejarah mengenai orde baru pasti akan merasa bingung. Pembaca dibuat berputar-putar dengan ingatan-ingatan kelam akan dunia jurnalis itu dari tahun ke tahun. Banyak terbitan-terbitan majalah ataupun koran harian yang dibredel tanpa peringatan. Memang, saat orde baru kekuasaan yang utama ada di tangan Presiden Soeharto. Buku ...