Langsung ke konten utama

Serangan Pertama.

Halo, teman keluh kesahku. Sepertinya sebuah serangan dari Voldemort menggagalkan rencanaku. Setelah aku ceritakan kemarin bahwa aku akan melanjutkan menonton Harry Potter, tiba-tiba saja listrik padam. Bukan untuk 1 atau 2 jam. Tapi 6 jam, mungkin. 

Pukul 00.12, dimana listrik meninggalkan jejaknya. Hah, padahal aku sedang bersemangat menonton film. Aku cabut earphone dari telingaku dan mulai menaruhnya di atas laptop. Kabar baiknya, sebelumnya aku sudah mengisi daya gawaiku, sampai penuh. Jadi tadi malam aku tidak bergelap-gelapan.

Aku hidupkan flash yang membuat benda yang disinarinya terlihat dengan jelas. Saat itu panas, gerah, seperti sedang di dalam mobil yang ac-nya rusak lalu terjebak macet. Keringat sesekali mengucur dari pori-pori kulitku. Apalagi saat aku haus. Kuteguk Teh Pucuk diatas meja belajarku sampai hanya tersisa botolnya saja. Macam diberi jalan keluar, sekali lagi keringat mengucur deras.

Kubolak-balikkan badanku untuk membuatnya nyaman. Sambil sesekali sambil membenarkan posisi bantal. Ah iya, internetnya juga mati. Tak berpikir panjang lebar, aku membuka buku berjudul Saman. Kubaca langsung dari bagian awalnya. Tentu aku juga membaca bagian pendapat orang-orang yang sudah lebih dulu membacanya daripada aku. 

Semakin kubaca, semakin aku tertarik di dalamnya. Namun, terkadang aku membaca kalimat-kalimatnya lebih dari satu kali karena aku tidak tahu siapa subjeknya. Tiba-tiba berganti, tapi tak disebutkan. Banyak kosa kata yang sepertinya masih harus aku cari. Seperti rig misalnya. Aku tidak pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya di dalam bahasa Indonesia.Yang kubayangkan dari deskripsi Laila adalah sebuah tempat ditengah laut, seperti dalam game. 

Benar saja, barusan aku mencari kata "rig" di Google dan ternyata persis seperti apa yang ada di pikiranku. Alurnya maju mundur, membuatku pusing terkadang. Pokoknya aku tidak mau tidur, siapa tahu kan listriknya nyala sebentar lagi? Ternyata aku salah, sampai pukul 6 listrik masih belum nyala, sial. Tahu begitu aku tidur saja tadi malam. Percuma saja aku menunggu hal yang tidak terjadi seperti orang bodoh. 

Kelopak atas dan mataku entah kapan mulai tertutupnya. Yang kurasakan adalah aku terbangun, pukul 12.30. Dan, listrik sudah menyala. Dasar, semoga saja malam ini setelah aku menulis catatan harian listrik tidak padam. Kubuka WhatsApp untuk melihat pesan-pesan yang tidak ada satupun ditujukan langsung untukku. Tidak sedih, tidak senang juga. 

Seperti rencanaku tadi malam, aku lanjutkan menonton Harry Potter yang aku sadar durasinya lama juga walaupun 140 menit. Aku kira waktu berjalan cepat, ternyata tidak. Seperti film sebelumnya, kali ini Harry makin bertumbuh besar. Wajahnya sudah bukan seperti anak SD. Begitu juga dengan Hermione, semakin cantik dengan pertumbuhannya. Aku tidak tahu kapan mereka shooting film ini, tapi perbedaan itu cukuplah singkat kalau hanya dalam 1 tahun.

Kini, aku membaringkan tubuhku di atas kasur, sambil mengetik catatan harian. Aku sadar, sedari tadi malam. Aku belum makan nasi atau apapun itu yang mengandung karbohidrat. Tapi aneh, aku tidak lapar. Mungkin setelah aku berubah menjadi wizard rasa laparku menjadi sedikit berkurang. Entahlah. Tapi tetap saja, aku ingin makan sesuatu karena aku bosan. Bayangkan saja tidak melakukan apa-apa. Bosan, kan? Seperti biasanya besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!

Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud