Langsung ke konten utama

Mencintai Diri Sendiri.

Halo, teman keluh kesahku. Apa kalian sudah baca catatan harianku? Jika belum ya dibaca, dong. Aku kan sudah capek-capek nulis dan mikirin ide malah kalian tidak mau baca, aku sedih. 


Kali ini aku akan membahas tentang hal yang aku dapat dari pembicaraanku dan teman-teman satu kelas saat aku SMA. Kira-kira kalian bisa tebak tidak apa topiknya? Tidak? Ya, sudah aku kasih tau. Topik kali ini adalah "Mencintai Diri Sendiri". Menurutku topik ini cukup penting untuk dibahas dan dibicarakan karena zaman sekarang jarang sekali ada orang yang mencintai dirinya sendiri. Mereka lebih sering untuk mencintai orang lain dan lupa atas kasih sayang yang harus diberikan untuk dirinya. 


Baiklah, mari kita mulai dari "Apa yang dimaksud dengan mencintai diri sendiri?". Mencintai diri sendiri menurut aku pribadi merupakan sikap menyayangi, mencintai, dan menghargai yang sebuah individu berikan kepada dirinya sendiri. Sedangkan menurut salah satu temanku mencintai diri sendiri adalah menghargai diri, menerima diri apa adanya, dan berusaha untuk membuatnya menjadi lebih baik. Pendapat kami tidak terlalu beda, karena memang itulah inti dari mencintai diri sendiri.


Seorang individu bisa dikatakan mencintai diri sendiri apabila mereka bisa menerima dan berdamai dengan kekurangan yang ada dalam dirinya. Sering kali mereka mengatakan "I Love Myself" namun masih mengeluh atas kekurangan yang tidak bisa mereka ubah.


Setelah mengerti dan paham tentang apa itu mencintai diri sendiri, timbulah pertanyaan "Mengapa mencintai diri sendiri itu penting?". Menurutku, mengapa hal tersebut penting karena tidak ada manfaatnya juga stres memikirkan tentang kekurangan kita, sebaiknya kita ubah mindset dengan mengasah kelebihan dan sesuatu yang ada pada dalam diri kita. Salah seorang temanku menambahkan, bahwa mencintai diri sendiri merupakan sikap syukur kepada Tuhan YME atas nikmat (raga dan jiwa) yang diberikan. 


Jika berbicara tentang siapa yang berhak mencintai diri sendiri, jawabannya adalah aku, kamu, dan semuanya. Setiap individu sangat berhak memberikan kasih sayang dan menghargai atas dirinya sendiri. Jika bukan kita sendiri yang mencintai diri kita, maka siapa lagi?


Nah, sekarang apa yang terjadi jika seorang individu tidak mencintai dirinya sendiri? Tentu, mereka akan selalu merasa kurang puas, tidak bersyukur, membanding-bandingkan, dan bahkan merasa insecure. Yang padahal semua tindakan itu tidak akan ada habisnya jika kita memaksa menurutinya.


Salah satu dampak yang diberikan apabila kita tidak mencintai diri sendiri adalah timbulnya rasa insecure. Apa sih itu yang dimaksud dengan insecure?


Salah seorang temanku menjawab, insecure adalah sikap merendahkan diri sendiri setelah melihat orang yang dianggap lebih dari dirinya. Anggapan ini menurutku sudah cukup bisa dimengerti oleh kalian, teman keluh kesahku. 


Seseorang yang sering melihat media sosial sepanjang hidupnya lebih rentan mengalami masalah insecure. Mengapa? Di media sosial, orang-orang berusaha menampakkan apa yang terbaik dari diri mereka. Tak jarang, setelah mereka melakukan selfie mereka juga mengedit bagian yang menurut mereka kurang sempurna. Hal ini berdampak pada orang yang melihatnya dan memberikan pikiran "Oh, wajah dia secantik dan sebersih ini, mengapa aku tidak?". Selain hal itu, melihat media sosial selebriti juga dapat menimbulkan rasa insecure. Padahal, bisa saja para selebriti melakukan perawatan atas wajahnya karena tuntutan pekerjaan. 


Bentuk-bentuk insecure menurut salah satu temanku ada 2, yaitu yang positif dan negatif. Contoh insecure positif yaitu insecure tentang nilai, ilmu, dan ibadah yang bisa menyebabkan rasa ingin lebih namun baik. Sedangkan contoh dari insecure yang negatif adalah membandingkan wajah, malu atas berat atau tinggi badan, dan lain sebagainya.


Nah, jadi bagaimana cara agar kita bisa mengatasi rasa insecure? Tentu saja yaitu mencintai diri sendiri dan selalu merasa diri kita sendiri spesial. Karena sejatinya setiap individu pasti ada kelebihan dan kekurangan, daripada kita memikirkan tentang kekurangan lebih baik memikirkan tentang kelebihan kita. Memikirkan kekurangan juga bisa menyebabkan stres dan rasa kurang percaya diri.


Sejujurnya, aku sendiri juga terkadang merasa kurang dengan diriku sendiri, entah itu atas wajahku ataupun badanku yang pendek. Namun, aku mulai bisa melihat apa yang lebih dari diriku dan aku berusaha untuk menonjolkannya. Orang-orang sebenarnya juga tidak terlalu tertarik dengan kekurangan seseorang, mereka lebih merasa kagum dengan kelebihannya. Maka dari itu, pesanku adalah mari cintai diri sendiri dan lupakan rasa insecure. 


Nah, jadi bagaimana teman keluh kesahku? Apakah kalian sudah mengerti apa yang dimaksud dengan mencintai diri sendiri dan apa itu insecure? Jika belum silahkan tulis pertanyaan kalian di kolom komentar di bawah, nanti jika aku tahu apa jawabannya aku akan jawab. Jika tidak? Ya aku suruh kalian googling karena aku sendiri tidak terlalu paham berarti. Daripada memberikan jawaban yang tidak pasti lebih baik mencari jawaban yang pasti, kan?


Sekian isi dari percakapanku dengan teman-temanku. Seperti biasanya, jangan lupa cek blogku setiap hari untuk melihat update!


Terima kasih ~

Komentar

Posting Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud