Langsung ke konten utama

Dasar Bodoh.

Halo, teman keluh kesahku. Bagaimana kabar kalian semua. Hari ini, tidak. Maksudku, ya. Ah, sial! Bagaimana bisa aku melupakan hal menulis catatan harianku? Bodoh. Padahal beberapa jam sebelumnya aku mengingatnya. 

Pagi ini adalah pagi dimana hampir saja aku akan mengirim pesan permintaan maaf lagi kepada dosenku, karena mengirimkan tugas telat. Saat mata kuliah pertama lancar-lancar saja, yang ada aku malah mengantuk. Hah, siapa suruh tidak tidur semalaman? 

Tapi begini, anehnya walaupun aku terbangun pukul 10 malam dan terjaga sampai pagi mengapa saat pagi itu tiba mataku tetap saja mengantuk. Padahal kan bahkan belum 12 jam? Entahlah, mungkin sudah settingan-nya.

Setelah mata kuliah pertama aku tidur sebentar dan memasang alarm alami di otakku. Dan, tepat saja. Aku terbangun pukul 10.15, dimana 25 menit lagi tenggat waktu tugas dan aku belum apa-apa. Seperti ada sesuatu yang menyetrum tubuhku. Aku tidak ingin mengatakan "maaf" untuk kesekian kalinya. Terlalu banyak maaf juga membuat maaf itu sendiri menjadi tidak tulus, kelihatannya. 

Kukerjakan tugas itu secepat mungkin, bahkan saking kesalnya karena bingung dengan jawabannya, aku sempat membanting bukuku. Dasar konyol, itu sama sekali tidak membantu, bodoh. Tepat pukul 10.39 aku selesai mengirim jawabanku. Bodohnya lagi, memang bodoh. Aku lupa menekan ikon "Tandai Sebagai Selesai" setelah mengerjakan tugas itu. Baru setelah 10.40 aku menekannya. Otomatis terpampang tulisan "Terlambat Dikumpulkan". 

Dasar bodoh! Sudah berapa banyak kebodohan yang kubuat dalam satu hari? Rasanya seperti apa saja yang kulakukan tampak bodoh. Sudah, cukup mengatakan kata "bodoh" itu. Aku ini pintar, dulu kata ibuku.

Baik, berbicara tentang ibuku. Pukul 21.30 aku berbincang dengan ibuku di warung, yang sepi. Ibuku sedang makan, begitupun aku. Aku mengatakan semua tentang apa yang aku lakukan hari Jum'at besok. Tentang organisasi "multimedia" kata ibuku. Aku juga menceritakan bahwa banyak yang diterima tapi malah mengundurkan diri. Ibuku bertanya, kujawab saja "Mungkin karena tugasnya berat?" entahlah aku sendiri tidak menanyakan alasannya kepada mereka.

Nah, setelah berbicara tentang hal berbau LPM-SM itulah aku merekam video untuk tugas hari rabu. Sekalian saja menurutku. Dan tanpa disadari aku melupakan hal yang seharusnya lebih dulu aku lakukan, menulis catatan harian. Aku sibuk dengan meng-edit video dan mengunggahnya di Instagram, tanpa sadar aku melupakannya begitu saja.

Entahlah, dasarnya aku memang pelupa. Tapi tak menyangka hal yang kini sudah biasa aku lakukan bisa kulupakan. Dan kini, paginya, hari kedua aku menulis. Mungkin nanti malam aku akan menuliskan kegiatan menulisku ini. Tapi sungguh, aku tadi sibuk menonton Harry Potter dan bahkan sempat memasak sarapan, aku baru ingat barusan.

Entah bagaimana nasibku setelah ini, padahal beberapa lagi akan diklat. Aku tidak ingin dihukum gara-gara lupa mengumpulkan satu catatan harian. Oh iya, untuk buku berjudul Saman yang kemarin aku ceritakan, aku tetap meninggalkannya di halaman 50. Mungkin setelah menonton Harry Potter aku akan melanjutkannya sampai 100 dan 100 halamannya lagi 2 hari berikutnya, agar aku tidak lupa. Akhirnya, sepertinya cukup sampai disini saja, mengingat aku sudah telat mengumpulkan ini sejauh 07.35 jam. Seperti biasanya besok jangan lupa cek blogku untuk melihat update setiap harinya, ya!

Terima kasih ~

Komentar

Yang disukai

Dia itu Siapa?

Sebelum pembaca memulai, saya ingin mengawali kisah ini bahwa semuanya adalah fiksi belaka. Jika anda berspekulasi saya menceritakan kisah seseorang, anda salah. Simpan saja pikiran itu sendiri! • Baru saja Dia menyelesaikan buku berjudul "Almond" yang sejak lama sudah menunggu di dalam  wishlist -nya. Penyebabnya tidak muluk-muluk, Dia merasa dirinya mirip dengan karakter yang ada di dalamnya. Dalam proses membaca ia perlahan-lahan membayangkan apa maksud dari kata-perkata buku tersebut. Sedang pikirannya ikut mengiyakan apa yang dirinya anggap sama.  Tidak hanya satu-dua kejadian yang Dia akui mirip. Memang, dalam buku tersebut menceritakan manusia tanpa emosi yang seringkali dianggap aneh. Sampai akhirnya manusia tadi harus belajar dan berlatih hanya untuk mengungkapkan dan memahami emosi.  Dia berpikir bahwa apa yang ada di dalam buku itu adalah dirinya. Sangat jarang Dia terlihat menangis di depan orang lain. Alasannya mudah saja, ia tidak paham mengapa orang-orang berpi

KARENA JURNALISME BUKAN MONOPOLI WARTAWAN: SEBUAH TAMPARAN

” Atau, di sini, wartawan dan media, memang pantang menyesali dan meminta maaf untuk pemberitaan mereka yang keliru...” Judul                       : Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan Penulis                     : Rusdi Mathari Penyunting              : Wisnu Prasetya Utomo Perancang Sampul    : Ayos Purwoaji Penerbit                   : Buku Mojok Cetakan                   : Pertama Tahun                      : Juli 2018 Harga                     : Rp78.000,00 ISBN                       : 978-602-1318-64-5   Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan  adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan oleh  Rusdi Mathari  dari sejak tahun 2007-an sampai 2016-an. Tulisan ini sebenarnya telah diterbitkan dalam media sosial Rusdi seperti Facebook dan situs blog. Tidak seperti tulisan kebanyakan yang menyajikan peristiwa atau data dalam bahasa membosankan dan kaku, Rusdi memaparkannya dalam bahasa yang sederhana, sesekali dirinya bertanya pada pembaca. Secara terang-terangan, dari jud